ULAMA PEWARIS NABI
Antara cara-cara musuh Islam ingin menjatuhkan Islam dengan menghina dan menghentam para ulama. Ini terbukti luas melalui pengalaman saya berbicara dengan golongan tersebut dan bahan-bahan bacaan yang tersebar luas di internet mahupun buku-buku yang banyak di kedai-kedai. Ulama di perlekehkan, dihina dan sebagainya.
Nabi junjungan besar Muhammad s.a.w pernah bersabda
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bahagian yang banyak.”
(Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani)
dan sabdanya lagi
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”
(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
Berdasarkan dua hadith tersebut kita dapat melihat begitu tinggi martabat ulama’. Mereka merupakan golongan yang memberi kesinambungan kepada apa yang nabi sampaikan.
SIAPA ITU ULAMA'?
Terdapat beberapa pendapat ulama di dalam mendefinasikan maksud ulama. Seperti apa yang dinyatakan oleh Ibnu Juraij rahimahullah yang menukilkan (pendapat) dari ‘Atha, beliau berkata: “Barangsiapa yang mengenal Allah, maka dia adalah orang alim.” (Jami’ Bayan Ilmu wa Fadhlih, hal. 2/49)
Manakala Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah dalam kitab beliau Kitabul ‘Ilmi mengatakan: “Ulama adalah orang yang ilmunya menyampaikan mereka kepada sifat takut kepada Allah.” (Kitabul ‘Ilmi hal. 147)
Badruddin Al-Kinani rahimahullah pula mengatakan: “Mereka (para ulama) adalah orang-orang yang menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan, dan mengajak kepada kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 31)
Imam Ahmad berkata, "Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan segolongan ulama yang hidup pada setiap masa antara rasul-rasul-Nya, mereka meyeru orang-orang sesat untuk kembali kepada Allah, bersabar dalam menerima cobaan, menghidupkan orang-orang mati dengan kitab Allah, menjadikan orang-orang buta dapat melihat dengan cahaya Allah. Berapa banyak orang yang gugur karena melawan iblis telah dihidupkannya, dan berapa banyak pula orang-orang sesat yang telah mereka berikan petunjuk. Alangkah baiknya jejak mereka bagi manusia dan alangkah buruknya jejak orang-orang sesat. Mereka menghapuskan penyelewengan atas kitab Allah yang dilakukan oleh orang-orang yang lalai dan orang-orang yang sesat serta penafsiran orang-orang bodoh, yang merupakan para pembuat bid'ah. Mereka juga membersihkan para pembuat fitnah, orang-orang yang menyeleweng dari dan bertentangan dengan kitab Allah bersepakat meninggalkan kitab-Nya tanpa berdasarkan ilmu, membicarakan masalah-masalah mutasyabih (yang samar-samar) dari firman Allah dan membodohi orang-orang awam dengan penafsiran mereka tentang mutasyabih. Kami berlindung kepada Allah dari fitnah orang-orang yang sesat." (Ar-Radd 'ala al-Jahmiyyah wal Zanadiqah, 85, tahqiq Dr. Abdurrahman Umairah).
CIRI-CIRI ULAMA'
Ada beberapa ciri-ciri ulama yang boleh saya nyatakan di sini. Antaranya;
1. Mereka yang berpendapat bahwa kebenaran dan hidayah ada dalam mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:“Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahwa apa yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu adalah kebenaran dan akan membimbing kepada jalan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.” (Saba: 6)
2. Mereka yang paling memahami segala bentuk permisalan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al Qur’an, bahkan apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Demikianlah permisalan-permisalan yang dibuat oleh Allah bagi manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-’Ankabut: 43)
3. Mereka yang memiliki keahlian melakukan istinbath(mengambil hukum) dan memahaminya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka menyerahkan kepada rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang mampu mengambil hukum (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil amri). Kalau tidak dengan karunia dan rahmat dari Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikuti syaithan kecuali sedikit saja.” (An-Nisa: 83)
4. Mereka yang tunduk dan khusyu’ dalam merealisasikan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:“Katakanlah: ‘Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra: 107-109)
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Al-Isra: 107-109)
5. Manakala Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kedudukan, dan membenci segala bentuk pujian serta tidak menyombongkan diri atas seorang pun.” Al-Hasan mengatakan: “Orang faqih adalah orang yang zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat, bashirah (berilmu) tentang agamanya dan senantiasa dalam beribadah kepada Rabbnya.” Dalam riwayat lain: “Orang yang tidak hasad kepada seorang pun yang berada di atasnya dan tidak menghinakan orang yang ada di bawahnya dan tidak mengambil upah sedikitpun dalam menyampaikan ilmu Allah.” (Al-Khithabul Minbariyyah, 1/177)
6. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang tidak mengaku berilmu, tidak bangga dengan ilmunya atas seorang pun, dan tidak begitu mudah menghukumi orang yang jahil sebagai orang yang menyalahi As-Sunnah.”
7. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang yang berburuk sangka kepada diri mereka sendiri dan berbaik sangka kepada ulama salaf. Dan mereka mengakui ulama-ulama pendahulu mereka serta mengakui bahwa mereka tidak akan sampai mencapai darjat mereka atau mendekatinya.”
KESIMPULAN
Inilah beberapa sifat ulama hakiki yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam Sunnahnya. Golongan tersebutlah yang dikatakan sebagai ulama pewaris nabi. Mereka ini patut diikuti dan di bela. Jika musuh-musuh Islam berjaya menghilangkan peranan mereka di dalam Islam maka akan hancur leburlah agama Islam yang suci ini.
No comments:
Post a Comment