Monday, August 17, 2009

Bahaya Khuruj (Melawan) Terhadap Pemerintah

BAHAYA KHURUJ (MELAWAN) TERHADAP PEMERINTAH
OlehSyaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari
Gerakan khuruj (pemberontakan) dan inqilab (melancarkan kudeta) terhadap suatu pemerintahan (yang sah) bukanlah sarana untuk memperbaiki masyarakat. Bahkan justru memicu timbulnya kerusakan di tengah masyarakat. Khuruj terhadap pemerintah muslim, bagaimana pun tingkat kezhalimannya, merupakan bentuk penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah (Wal Jama'ah). Ada dua macam bentuk khuruj, (1). Khuruj dengan memanggul senjata (2). Khuruj dengan perkataan dan lisan.Mereka yang selalu memunculkan perpecahan, pertikaian, dan pergolakan terhadap pemerintahan muslim, pada hakikatnya telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan tersebut. padahal, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita untuk bersabar, sebagaimana sabda beliau."Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaq 'alaih]
Renungkanlah perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Kecuali engkau melihat suatu kekufuran". Penuturan beliau tidak terhenti sampai di situ saja, tetapi diiringi dengan keterangan "kekufuran yang sangat jelas". Lantas beliau menambahkan keterangan lebih lanjut" yang dapat engkau buktikan tentang itu di sisi Allah".
Di dalam hadits ini, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan lima buah penekanan untuk mencegah orang dari khuruj dan takfir (mengkafirkan pemerintah atau pun individu muslim) yang merupakan perbuatan sangat buruk dan berbahaya. Karena dapat mengakibatkan kerusakan dan kehancuran di tengah masyarakat.Bahkan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya, I'lamul Muwaqqi'in : "Tidak ada satu pemberontakan pun terhadap pemerintah muslim yang membawa kebaikan terhadap umat pada masa kapan pun".Begitu juga hujatan terhadap pemerintah. Manakala sebagian orang menjadikan hujatan terhadap pemerintah sebagai materi ceramah dan "nasihat-nasihat" yang mereka sampaikan untuk memperoleh simpati manusia.
Manusia pada dasarnya menyukai hujatan terhadap pemerintah, juga terhadap para penguasa dan pemimpin, serta kepada setiap orang yang mempunyai posisi lebih tinggi dari mereka. Seakan-akan hujatan dan celaan tersebut sebagai hiburan yang dapat menyenangkan hati merekaSungguh suatu fenomena yang sangat menyedihkan ketika kita menyaksikan hujatan, makian, serta cercaan terhadap pemerintah, saat ini menjadi materi-materi ceramah dan "masukan" bagi sebagian da'i zaman sekarang, khususnya pada waktu terjadinya fitnah. Hingga materi yang mereka sampaikan akan membuat orang-orang berkomentar :"Masya Allah, Syaikh ini orang yang berani, atau Syaikh ini orang yang kuat". Padahal fakta ini sesungguhnya tidak mendatangkan manfaat apa pun, melainkan hanya akan menghasut dan mengotori jiwaSebagian orang justru mengira, tindakan tersebut merupakan bentuk upaya menasehati pemerintah. Padahal terdapat metode dan prosedur dalam menasehati pemerintah, seperti termaktub dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Barangsiapa di antara kalian yang ingin menasehati penguasa, maka hendaklah dia pergi kepadanya, dan merahasiakan nasihatnya itu".
Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini menjelaskan bahwa nasihat kepada para penguasa atau pemerintah, hendaklah disampaikan secara rahasia. Karena bila ditempuh secara terang-terangan akan menimbulkan gejolak hati, yang merusak hati.Kalau di antara kita -para penuntut ilmu- ada yang terjatuh ke dalam suatu kesalahan, kemudian salah seorang menasihatinya di depan umum, ia langsung akan berkata : "Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu membuka aibku di depan umum. Kalau engkau ingin menasihatiku, maka lakukanlah dengan empat mata".
Kalau para penuntut ilmu, para da'i yang mengajak manusia kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam -yang mengetahui keutamaan ilmu, keutamaan al-haq dan kembali kepadanya (setelah mengalami kekeliruan)- tidak menyukai metode seperti ini dalam memberikan suatu nasihat, maka bagaimana mungkin para penguasa yang memiliki kedudukan, kekuasaan, senjata, serta tentara yang banyak -bagaimana mungkin mereka- akan dapat menerima nasihat dengan cara yang tidak simpatik ini.
Justru yang lebih utama, tidak menasihati mereka di depan umum ; kalaupun hal ini tidak mendatangkan maslahat bagi pemerintah, paling tidak akan memberi maslahat bagi diri kita sendiri. Hal ini, tentunya apabila mereka (para penguasa) adalah orang-orang muslim.Batasan yang paling rendah untuk menghukumi mereka sebagai seorang muslim, ialah apabila mereka tunduk dan mengakui kebenaran agama Islam. Meskipun mereka melakukan suatu penyelewangan, mempunyai kesalahan yang banyak dan berbuat dosa-dosa besar. Dan ini semua tidak menjadikan mereka sebagai orang kafir, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]
Kemudian Syaikh Muqbil rahimahullah berkata : "Kami tidak memandang kudeta sebagai jalan untuk membenahi masyarakat. Bahkan gerakan tersebut, justru menimbulkan kerusakan dalam masyarakat".Marilah kita simak sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shahih Muslim, dari hadits Arfajah Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Barangsiapa yang datang kepada kalian, ketika kalian bersatu di bawah satu pimpinan, dia berkeinginan untuk memecah belah persatuan kalian, maka bunuhlah dia". [HR Muslim]Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa pemberontakan terhadap suatu pemerintah, yang dapat menimbulkan suatu perpecahan di kalangan masyarakat merupakan salah satu hal yang mewajibkan seseorang untuk dibunuh.
Akan tetapi, perlu diingat, bahwa yang dapat menjatuhkan sanksi ini adalah waliyyul-amr, pemerintah yang memegang kekuasaanDalam sebuah hadits dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia menceritakan."Kami berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk selalu patuh dan taat, baik terhadap apa yang kami suka maupun yang tidak kami suka, dan dalam keadaan sulit maupun lapang, dan untuk mendahulukan apa yang diperintahkan (di atas segala kehendak kami), dan untuk tidak merebut kekuasaan dari pemimpin yang sah. Kecuali engkau melihat suatu kekufuran yang sangat jelas, yang dapat engkau buktikan di sisi Allah". [Muttafaqun 'alaih]
Akan tetapi, ketaatan ini tidak boleh berlawanan dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Sesungguhnya ketaatan itu hanya terhadap perkara yang ma'ruf (baik) saja". [Muttafaqun 'alaih]Dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang lain."Tidak boleh taat kepada makhluk di dalam maksiat kepada Al-Khaliq". [HR Thabrani di dalam Al-Mu'jamul Kabir]
Kalau mau merenung sejenak, niscaya kita akan memperoleh fakta bahwa dalam sejarah Islam, tidak ada satu pemberontakan pun yang berhasil. Lain halnya dengan orang-orang kafir, kebanyakan pemberontakan yang mereka gerakkan berakhir dengan keberhasilan. Di sini seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang menghendaki, supaya kita mau melihat dan memperhatikan bahwa cara seperti ini, bukanlah metode syar'i. Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya menginginkan kita supaya menempuh metode syar'i yang telah digariskan oleh-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab-Nya."Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". [Ar-Ra'd : 11]"Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu". [Muhammad : 7]"Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa". [Al-Hajj : 40]
Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa metode syar'i adalah tidak keluar dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla berfirman."Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa". [Al-An'am : 153]"Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :"Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membuat suatu garis, kemudian beliau berkata : "Ini adalah jalan Allah", kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak di bagian kanan dan bagian kirinya, lalu berliau berkata : "Ini adalah jalan-jalan (yang dimaksud oleh Allah), dan pada setiap jalan terdapat setan yang menyeru kepadanya", kemudian beliau membaca ayat : "Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa" .
Dari sini jelaslah bagi kita, bahwa tidak ada jalan untuk memperbaiki kondisi masyarakat melainkan dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menjauhi segala macam bentuk bid'ah. Mari kita simak firman Allah Azza wa Jalla yang sangat agung berikut ini."Dan adakalanya kami memperlihatkan kepadamu (Muhammad) sebagian dari (siksaan) yang Kami janjikan kepada mereka, atau Kami wafatkan engkau (sebelum itu)". [Yunus : 46]Banyak diantara manusia yang berkata "kami belum melihat kejayaan Islam". Ketahuilah ! Bahwa tidaklah mesti kita melihat segala apa yang telah dijanjikan Allah kepada kita, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun tidak melihat segala apa yang di jajikan oleh Allah.
Coba kita menyimak firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang merupakan janji-Nya kepada orang-orang beriman."Allah telah menjajikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama telah Dia ridhai bagi mereka. Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam, ketakutan menjadi aman sentosa. Asalkan mereka (tetap) semata-mata beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan suatu pun". [An-Nur : 55]Sungguh ini merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apabila kita dapat merealisasikan perintah Allah ini, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan merealisasikan apa yang telah Dia janjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kita.Wallahu 'alam, wa shallallaahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihii wa shahbihi wa sallam.
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo - Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
__________
Footnote
[1]. Diterjemahkan oleh ustadz Ahmad Danil dari penjelasan Syaih Ali Hasan Al-Halabi terhadap risalah Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah yang berjudul "Hadzihi Da'watuna Wa Aqidatuna".

Tuesday, August 4, 2009

Jangan Bantu Syaitan Rosakkan Saudaramu

Oleh: Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin

Saya hanya sempat mengikut dari jauh isu dan secebis ‘hukuman sebat ke atas peminum arak’ di Pahang. Banyak juga email mengenainya meminta saya mengulas isu tersebut, termasuk email seorang tokoh politik dan ahli Parlimen ternama. Banyaknya urusan menjadikan saya ‘ketinggalan bas’ kebelakangan ini. Rasanya, sikap rela model berkenaan patut dipuji.

Ya, arak itu haram di sisi Islam, tiada siapa pun yang beriman berbeza pendapat mengenainya. Namun apabila hukuman ke atas pesalah itu dilaksanakan, ia membabitkan dua aspek utama; pertama, hukuman yang dikenakan, kedua, individu yang dihukum.

Para sarjana hukum, walaupun ramai yang berpendapat kesalahan minum arak di bawah hudud, mereka berbeza pendapat pula tentang jumlah sebatan. Ini kerana al-Quran tidak menyebut hukumannya, cuma hadis ada menunjukkan dipukul empat puluh kali.

Namun pada zaman Khalifah Umar al-Khattab r.a. beliau berbincang kadar hukuman tersebut, lalu beliau menerima pandangan ‘Abd Rahman bin al-‘Auf untuk melaksanakannya sebanyak lapan puluh kali (lihat: Riwayat Muslim).

Tindakan Khalifah ‘Umar ini menyebabkan sarjana berbincang apakah hukuman untuk peminum arak ini hudud atau takzir (discretionary punishment)? Ini kerana jika ia hudud, sepatutnya, tidak ditambah. Apatahlagi, Nabi s.a.w semasa melaksanakan hukuman ini tidak pula menjelaskan apakah ia hukuman yang ditetapkan oleh Allah (hudud) atau ia hanya ketetapan pemerintahan berdasarkan kepada keperluan (takzir).

Lebih daripada itu, dalam hadis menunjukkan pesalah minum arak ada yang dipukul dengan tangan, kain, dan selipar sahaja. Tiada ketegasan yang jelas dalam kaedah pukulan. Pun memang hukuman sebat dalam Islam bukan seperti sebat yang ngeri di penjara sivil yang biasa kita dengar dan lihat. Sebatan Islam sama sekali bukan untuk mencederakan, sekadar mengingat dan mengajar.
Lebih daripada itu, Islam tidak benarkan kita mengutuk pesalah yang dihukum. Dalam riwayat al-Imam al-Bukhari daripada Abu Hurairah, beliau berkata: “Dibawa kepada Nabi s.a.w seorang yang mabuk (minum arak), maka baginda memerintahkan agar dipukul, maka dalam kalangan kami ada yang memukulnya dengan tangan, ada yang memukul dengan selipar dan ada pula yang memukulnya dengan kainnya. Apabila selesai, seseorang berkata: “Allah telah menghinanya”. Maka Rasulullah s.a.w pun bersabda: “Jangan kamu menjadi pembantu syaitan (merosakkan) saudara kamu”. Maksudnya, mencercanya menyebabkan syaitan mudah untuk merosakkannya lagi.

Dalam hadis ini menunjukkan hukuman itu berjalan hanya sekadar dengan kain atau tangan atau selipar, tujuannya bukan untuk menyeksa, tapi mengingatkan. Janganlah pula berlebihan, hukumannya hanya pukulan tersebut maka tidak perlu diikuti dengan cercaan. Maka sesiapa yang merasakan dirinya pejuang Islam, janganlah menokok tambah dengan makian kerana itu tidak serasi dengan tabiat perlaksanaan yang ditunjukkan oleh Nabi s.a.w.

Hudud

Ramai yang bercakap tentang hudud. Namun ramai juga, sama ada yang bersetuju atau membantah tidak mempunyai pengetahuan yang jelas dalam banyak perkara mengenainya. Ramai yang blind imitation dalam memperkatakan hukuman jenayah dalam Islam ini. Sama ada hanya terikut-ikut dengan media, atau terikut-ikut teks kitab-kitab lama.

Ramai yang tidak menyemak tentang maksud, kaedah, keadaan, suasana dan keluasannya. Seseorang muslim yang faham tidak mungkin menentang hudud, tetapi mungkin bertanya adakah suasana yang menyebabkan perlaksanaan hudud yang adil dan berkesan wujud pada sesuatu tempat dan masa untuk menjadikan ia mencapai tujuannya?

Apabila syarat dan suasana itu wujud, maka hudud dilaksanakan. Ketika itu akan dapat dilihat keadilan, keindahan dan kesan hukuman tersebut yang bertujuan untuk kebaikan manusia. Untuk melihat hudud secara lebih luas dan tidak fanatik mazhab atau pandangan tertentu, karya Mohamed S. El-Awa, Punishment In Islamic Law antara yang baik untuk dibaca di zaman kini.

Dalam hadis sahih, Nabi s.a.w bersabda:
“Jangan dipotong tangan (pencuri) ketika dalam peperangan” (Riwayat al-Tirmizi dan al-Darimi).
Al-Imam Tirmizi (297H) ketika meriwayat hadis ini menyebut:
“Sebahagian ilmuwan berpegang dengan nas ini, antara mereka al-Auza’i, mereka berpendapat tidak dilaksanakan hudud ketika peperangan, berhadapan dengan musuh kerana dibimbangi individu yang dihukum itu akan pergi menyertai musuh…”.

Saya melihat, jika kebimbangan musuh mengambil kesempatan atau orang Islam meninggalkan Islam itu adalah sebab yang dilihat oleh sebahagian sarjana mengapa Nabi s.a.w melarang hukuman tersebut dilaksanakan, maka pada zaman yang fitnah terhadap Islam di pelbagai penjuru dan kerapohan iman umat Islam begitu nyata, penelitian tentang perlaksanaan hudud itu mestilah lebih berhati-hati.

Perlaksanaan hudud mestilah membawa natijah yang positif, bukan negatif kepada Islam. Maka perjuangan mengujudkan suasana yang conducive itu mendahului usaha perlaksanaan hudud. Setelah wujudnya masyarakat adil; pemerintah dan rakyat, suasana iman dan Islam, kehidupan yang aman dan bahagia, tiba-tiba ada yang mencetuskan jenayah yang mencemarkan itu semua, ketika itu apabila dilaksanakan hudud tertonjollah kesan dan keindahannya.

Suasana

Ada beberapa email yang menarik perhatian saya mengenai hukuman arak di Pahang itu. Ada yang menyatakan kepada saya, mengapakah peminum arak sahaja dihukum, sedangkan taukeh-taukeh arak yang beragama Islam dibiarkan? Sedangkan mereka ini ada memakai gelaran yang hebat-hebat dan ‘disembah hormat’ oleh rakyat.
Ada pula berkata: “Mengapa kes model itu begitu cepat diproses, sedangkan saya yang menderita kes rumah tangga saya sudah bertahun lamanya, mahkamah syariah belum putus apa-apa?”. Berbagai lagi sungutan yang lain.
Memang itu semua bukan justifikasi untuk peminum arak dibiarkan, tetapi hukuman apabila tidak kelihatan adil atau seragam, manusia akan membuat berbagai alasan dan akhirnya tujuan dan keindahan hukum itu hilang. Para ulama dan pejuang Islam mempunyai tugasan yang berat untuk memboleh Islam dalam bentuk dakwah dan pendidikan itu menjelma dalam bentuk hukuman dan perlaksanaan yang adil dan saksama.

Maka tidak munasabah dipotong tangan pencuri dalam masyarakat yang lapar dan terdesak. Tidak munasabah dihukum hudud orang berzina dalam masyarakat yang unsur zina bertebaran, perkahwinan disusah-susahkan, kes perceraian ditangguh-tangguhkan dan berbagai keadaan yang mendorong kepada zina.

Munasabahkah dilaksanakan hukuman murtad dalam dunia yang penuh keliru dan kegagalan golongan agama dan pemerintah merongkaikan kekeliruan secara berkesan. Apatahlagi hukuman murtad itu sendiri mempunyai berbagai penafsiran.

Perjuangan penting para pendakwah Islam masakini adalah memberikan pendidikan dan kefahaman yang jitu mengenai Islam. Generasi kini terdedah kepada berbagai perkara. Sudah banyak email saya terima daripada anak-anak muda melayu yang bukan sahaja tidak percayakan Islam, bahkan meragui kewujudan Tuhan.

Inilah epidemic yang sedang meningkat dalam dunia ini iaitu atheism yang tidak mempercayai kewujudan Tuhan, atau seperti pelakon Brad Pitt yang tidak dapat membuat keputusan Tuhan wujud atau tidak yang disebut sebagai agnosticism. Mereka ini sedang memenuhi Dunia Barat hari ini dengan peningkatan yang menakjubkan.

Laman-laman web mereka mengganggu minda sebahagian orang Islam yang tidak terdedah kepada Islam yang berteraskan hujah dan fakta. Hanya sekadar pernah mendengar ceramah kartun dan lawak oleh sesetengah penceramah. Ceramah atau pengajaran agama yang tidak memenuhi piawaian cabaran zaman kini akan gagal menyelamatkan generasi kita.

Ya, kita mahu Islam, kita mahu suasana Islam dan kita mahu hukum berteraskan Islam. Namun itu semua tidak boleh dicapai dengan mudah, memerlukan pengembelingan tenaga yang serasi dengan suasana kita. Pemerintah dan rakyat hendaklah ada kesungguhan. Islam yang hendak ditonjolkan hendaklah membawa kepada sangkaan baik manusia terhadap Allah dan RasulNya, bukan mengelirukan mereka. Bak kata Nabi s.a.w: “Jangan bantu syaitan rosakkan saudaramu”.

DEMONSTARI JALANAN: MEGAHNYA....

Kecewa dan sedih dengan demonstari jalanan yang diadakan baru-baru ini bagi memansuhkan ISA masih terasa. Saya amat kecewa dengan apa yang dibuat oleh kawan-kawan dan saudara saya. Mengapa saya menyatakan mereka adalah kawan-kawan dan saudara saya. Pertama ramai di antara mereka adalah Muslim. Mejoriti yang menyertainya. Yang kedua.. kalau non-Muslim yang menyertainya mereka adalah kawan-kawan saya hasil didikan kenegaraan yang saya terima dari sejak lahir lagi bahawa satu Malaysia kita semua adalah kawan tanpa mengira bangsa atau warna kulit. Mengapa harus buat begitu?

Adakah demonstrasi yang diikuti itu atas kerelaan dan kepercayaan sendiri atau mereka tertipu dengan dakyah sebahagian yang berkepentingan? Itu persoalan yang masih berlegar-legar di dalam pemikiran saya yang cetek ini. Jika ia adalah hasrat mejoriti masyarakat Malaysia yang ingin berlaku satu perubahan membawa keadilan… mengapa terlalu ramai orang Melayu yang menyertai tetapi bilangan terlalu kecil sangat bagi kaum cina dan india. Tambahan pula golongan Melayu yang menyertai itu ramai yang berserban dan berketayap. Adakah itu anjuran yang dibawa oleh Islam?

Saya tidak pernah terjumpa mana-mana pandangan ulama salaf yang agong menyatakan bahawa demonstarsi jalanan yang banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan itu dianjurkan oleh mereka. Adakah kerana saya kurang membaca buku? Mungkin ya…

Tetapi apa yang saya yakin cara berdemonstarsi tersebut bukan anjuran Islam. Mengapa saya berani mengatakan begitu? Ini kerana Islam yang mencintai kedamaian dan kerap mengambil jalan yang paling kecil mendatangkan kefasadan dari menerima kefasadan yang besar akan meninmbangkan cara demonstarsi yang dibuat bagi memansuhkan ISA yang diadakan itu amat buruk dan besar kesannya dari menyuarakan secara baik dan halus agar ISA digubal dan diteliti semula.

Lihatlah berapa ramai yang rugi atas kelakuan berdemonstarsi jalanan itu. Ia akan membawa impak kepada kedaulatan Negara, ekonomi dan agama sendiri. Bukan kata-kata ini saya curahkan untuk membodek mana-mana pemimpin melainkan ikhlas semata-mata. Pada saya pemimpin yang baik akan menjadikan saya mengikut kata-katanya tetapi pemimpin yang salah akan saya cuba hindari dari mendengar dan mentaatinya.

Benarlah kata-kata Tun Mahathir bahawa cara berdemonstasi bukan amalan pemimpin melayu melainkan apa yang dibawa oleh Anuar Ibrahim. Pemikir Negara menyatakan apa yang ikhlas. Kerana dia sudah tiada kuasa dan taring. Tetapi apa orang nak dengar kata-katanya lagi. Ingat apa yang selalu beliau katakana “MELAYU MUDAH LUPA”.